Thursday, January 14, 2016

Hanya seulas bisikan hati



Dec13, 16.13, kamar, mendung,mager,syahdu.

 Merindukan purnama,bukan pungguk, tapi aku. Ya, aku merindukan purnama dikala hujan badai, kumerindukan purnama dikala langit tertutup awan hitam yang kian lama kian menghitam. Bodoh ya? Iya bodoh. Tapi itulah aku, merindukan sesosok purnama yang saat itu sudah ku tahu pasti akan ketidakhadirannya. Kumerindukan purnama yang entah dia merindukanku atau tidak. Bahkan aku tak peduli apakah dia merindukanku atau tidak. Mungkin mata hati ini sudah terlalu buta karenamu. Buta bukan karena cintamu, tapi buta karena aku membutakan diriku sendiri sinarmu yang muncul begitu terang kala itu. Purnamaku, sadarkah engkau bahwa disini aku merindumu sangat? Sadarkah engkau seberapa besar kebutaan hati ini karenamu? Sadarkah engkau aku yang begitu bodoh ini mengharapkanmu? Pasti kau sadar, tapi kau selalu mencoba menepis kesadaranmu itu. 

Baiklah aku paham, aku paham sekarang harus bagaimana. Aku sadar aku harus segera menyembuhkan kebutaanku ini. Mungkin saja Tuhan telah menyediakanku Senter kecil yang sebenarnya menyembunyikan sinar yang amat sangat terang untukku,tapi aku tak menyadarinya. Mungkin saja kan Tuhan? Meski aku merindumu purnama, mungkin saat ini rindu ini hanya sekedar rindu ingin bertemu selayaknya makhluk yang sekedar ingin menikmati cahayamu yang indah dilangit, bukan lagi rindu karena hatiku yang buta akan cahayamu. Tapi jika itu memang lebih baik, baiklah. Akan kutunggu Senter yang Tuhan masih sembunyikan dariku. Akan kutunggu.


0 comments:

Post a Comment